Lewat Isra' Mi'raj Allah S.W.T berusaha menghibur Raslullah yang kala itu sedang melewati tahun kesedihannya atau yang kerap disebut 'Amul Huzni, yang mana pada tahun itu Nabi Muhammad SAW ditinggal oleh dua orang yang amat dicintainya, yakni sang istri Siti Khadijah serta pamannya Abu Thalib.
Isra’ Mi’roj ialah salah satu kejadian istimewa yang dirasakan Nabi Muhammad S.A.W, kejadian tersebut berlangsung pada sepertiga malam.
Nabi Muhamad S.A.W sebelum diIsro’ Mi’rojkan dadanya dibelah terlebih dahulu oleh malaikat Jibril dan dibersihkan hatinya. Akan tetapi hal tersebut bukan diartikan sebab hati Nabi telah kotor sebelumnya, melainkan dengan bermaksud ingin menguatkan hatinya untuk persiapan menghadapi Allah S.W.T secara langsung.
Kejadian Isra’ ialah perjalanan Nabi Muhamad S.A.W dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso/Baitul Maqdis yang pada saat itu Nabi Muhammad S.A.W mengimami para nabi terdahulu. Sedangkan Mi’raj ialah perjalanan Nabi Muhammad S.A.W dari Masjidil Aqso ke langit ke tujuh yakni Sidrotul Muntaha, Mustawa dan seterusnya. Setelahnya kita semua tahu, Allah S.W.T memberi hadiah untuk Rasulullah dan kita semua umatnya berupa sholat lima waktu.
Sebagaimana epistemologi Isra’ Mi'raj yang dijelaskan dalam Qur’an surat Al-Isro ayat 1 yang artinya:
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhamad S.A.W). Pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami, sesungguhnya dia maha mendengar dan maha melihat ( QS. Al-isro’ ayat 1 ).
Kejadian Isra’ Mi’roj ini memberikan inspirasi dan kesadaran kepada kita selaku umat islam, mengapa demikian ? Karena dari cerita inilah kita bisa bermuhasabah bawa diri kita ini tidak ada daya upaya untuk menjangkau/merasionalkan perjalanan Isra’ Mi’raj Rosulallah Muhamad S.A.W, atas keterbatasan akal kita. Selain itu peristiwa Isro’ Mi’roj juga menguji keimanan kita apakah dengan adanya perjalanan Rasulullah Muhammad S.A.W kita yakin adanya apa tidak? Orang beriman semakin beriman seperti Abu Bakar, orang kafir semakin kafir semisal Abu Lahab. Inilah salah satu deskripsi/tasowwur untuk memberikan tolak ukur iman kita dengan adanya kisah perjalanan isra’ mi'raj Rasulullah Saw.
Esensialisme dari perjalanan isro’ mi’roj Rosulallah SAW ialah untuk selalu tekun beribadah kepada Allah dan takwa, bukan untuk difikirkan tapi untuk diyakinkan.
Sebagaimana Allah SWT di dalam Al-Qur’an dijelaskan yang artinya:
“Aku ( Allah Swt ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Sementara itu pepatah dari Habib Abdullah Alwi Al-hadad, mengatakan:
“ tundukkanlah akal-mu untuk memuliakan ilmu-mu dan tundukkanlah nafsumu untuk memuliakan akalmu”.
Pepatah diatas kita kolerasikan terhadap peristiwa isro’ mi'raj-nya Nabi Muhammad Rasulullah S.A.W bahwasanya untuk menyikapi perjalanan beliau kita harus menggunakan ilmu bukan menggukanan akal, sebab dalam hal ini ilmu lebih diutamakan daripada akal.
Penulis: Ahmad Husaini
Editor: Fanani
Komentar
Posting Komentar